l
Konsep KomputerAsal kata komputer
l
Dari bahasa latin ‘computare’ yang artinya
menghitung (to compute)
l
Orang yg melakukan perhitungan aritmetika, dg
atau tanpa alat/mesin bantu
l
Komputer adl perangkat elektronik yg dapat
menerima masukan dan selanjutnya melakukan pengolahan untuk menghasilkan
keluaran
l
Perangkat utama komputer adl :
l
Perangkat Input
l
Perangkat Proses
l
Perangkat Output, dan
l
Perangkat Penyimpanan
Sistem Komputer
l Agar
komputer bisa difungsikan secara komprehensif dalam menjalankan tugasnya, perlu
Sistem Komputer.
l Sistem
Komputer
l Kumpulan
elemen-elemen komputer yang saling berhubungan dan saling
berinteraksi untuk melakukan pengolahan data dg tujuan
menghasilkan informasi sesuai dg yang diharapkan.
l Pengolahan
data pada sistem komputer terdiri dari 3 tahap dasar
l Pemasukan
data
l Pengolahan
data
l Pengeluaran
hasil
B.INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penalaran merupakan hal yang
kita sering gunakan sehari hari di dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan
orang terdekat baik keluarga maupun kerabat di tempat kuliah atau di kantor.
Namun penulis akan menjelaskan pembahasan kali ini tentang penalaran yang
penggunaanya kita gunakan di dalam bahasa kita sehari hari yaitu Bahasa
Indonesia.
1.2Tujuan Penulisan Masalah
Penulisan ini akan dibuat dengan tujuan peningkatan mutu dalam penggunaan
Bahasa Indonesia dalam menguasa kemampuan berfikir, bersifat rasional dan
dinamis berpandangan untuk menganalisa konsep penalaran yang bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan Penalaran?
2.
Apa Ciri – ciri dari Penalaran ?
3.
Apa saja metode2 Penalaran beserta contohnya?
4.
Bagaimana menarik kesmpulan dari beberapa premis?
BAB I I
POKOK PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Penalaran
Penalaran (reasioning) adalah
suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk
menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir
yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan
kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para
ahli (otoritas).
2.2 Ciri-ciri
Penalaran :
1.
Adanya suatu pola berpikir yang secara
luas dapat disebut logika( penalaran merupakan suatu proses berpikir logis ).
2.
Sifat analitik dari proses berpikir.
Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara
analitik.
2.3 Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran :
·
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu
yang memang salah.
·
Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di
sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebagai premis tepat.
2. 2
Bentuk Penalaran
Bentuk-bentuk penalaran yang sering digunakan dalam
wancana keseharian berupa penalaran asosiatif dan skema dissosiatif. Penalaran
asosiatif berbentuk penalaran yang memasukkan beberapa unsure penalaran dan
mengevaluasi atau mengorganisasikan unsur yang lainnya. Penalaran dissosiatif
merupakan bentuk penalaran yang memisahkan atau mengurai unsur-unsur penalaran
yang semula merupakan satu kesatuan . jenis penalaran assosiatif tersebut
tidaklah mutlak hanya berupa satu jenis penalaran, tetapi lebih mengarah pada
kecenderungan, terutama pada unsur bukti dan pembuktiannya.
2.3
Metode Penalaran
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua
jenis penalaran. Ada dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif
:
2.3.1 Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang
berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan empiric dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini
panalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Contoh :
-
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jika
dipanaskan, platina memuai.
Kesimpulan
: Jika dipanaskan, logam memuai.
-
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Kesimpulan : Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
2.3.1.1
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari
sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai
semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari
gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara,
atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian,
pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari
berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap,
penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Contoh :
1.
Berdasarkan
pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan
bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
2.
Berdasarkan
pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau,
kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu
menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat
generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui
kelahiran.
2.3.1.2
Analogi
Analogi adalah suatu proses yag
bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki
kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini
adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan
menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal
lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok
atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Contoh :
1.
Dalam riset
medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui
eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki
kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik
kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan
terjadi pada manusia.
2.
Dr. Maria C.
Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk
meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita,
sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus
betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus
itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan
tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond
menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak
penggunanya. Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan
anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi
pula pada manusia.
2.3.1.3
Hubungan
Kausal
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang
diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab akibat.
Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :
1.
Ketika seorang
ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang
dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal
(sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
2.
Seorang petani
menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia
rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar,
melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata
akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani
tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap
(sebab).
2.4.1
Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, ang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus)
dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan empat cara:
2.4.1.1 Premis
Premis adalah
pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.Kemudian premis
dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contoh : Semua Tanaman membutuhkan air.
Akasia adalah tanaman.
Akasia membutuhkan air.
2.4.1.2 Proposisi
Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang antara
dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah.Proposisi merupakan
suatu kegiatan rohani baik menyuguhkan atau mengingkari.
Contoh : Proposisi
yang menyuguhkan “Semua orang Negro hitam” dan proposisi yang mengingkarinya
“Semua orang Negro tidak hitam”.
2.4.1.3 Term
Term adalah suatu kata atau kelompok kata yang menempati subjek (S) dan
predikat (P). Tidak semua kata adalah term , meskipun setiap term itu adalah
kata atau kumpulan kata pada dirinya sendiri merupakan ekspresi verbal dari
pengertian, dan bahwa tidak semua kata pada dirinya sendiri sebagai subyek atau
predikat didalam suatu proposisi.
Contoh : Orangtua asuh, Pecinta Alam. Binatang, dll.
2.4.1.4Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi
(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupaka
proposisi yang ketiga.Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga
bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan
premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor
mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis
yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor
mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang
mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai
anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa
yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh
:
Premis mayor :
Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah
cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie
adalah pemikir.
2.4.1.5
Entimem
Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula
silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
Proses fotosintesis memerlukan
sinar matahari.,
Pada malam hari tidak ada
matahari.
Pada malam hari tidak mungkin
ada fotosintesis.
4.3
Kesalahan Dalam
Penalaran
Kesalahan Dalam
Penalaran dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal
ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar
lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan
emosi. Salah nalar ada dua macam:
Contoh Sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah,
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai
Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran
lainnya dengan baik.”Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan
terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.Salah tafsir dapat terjadi karena
kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang
berlebihan.
Salah nalar dapat dibedakan atas 4
(empat) macam:
4.3.1
Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena
kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas
mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan
orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan
generalisasi yang muncul:
A.
Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis
membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: “Semua anak yang jenius akan sukses dalam
belajar”.Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat
intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak.
Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar,
sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
B.
Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang
penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji
kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan
oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras
atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan
satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat
pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak
ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.
4.3.2 Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena
penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak
memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:”Negara adalah
kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus
meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan
kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena
menghambat.”
4.3.3 Kekeliruan
kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena
kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
·
Saya tidak bisa
berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
·
Saya tidak
dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
4.3.4 Kesalahan
relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi
apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah
kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
A.
Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:Korupsi di
Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang
khusus tentang hal itu.
B.
Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:Tidak ada jalan
lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai
negeri.
C.
Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis
mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik.
Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak
menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
4.3.5
Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena
penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut
terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena
faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
·
Orang itu
diakui keahliannya oleh orang lain
·
Pernyataan yang
dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
·
Hasil
pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita
sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut
merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial
ekonominya.
DAFTAR PUSTAKA
Betrand
Russel.2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik
dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa Sigit jatmiko, dkk ) .
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ismaun.2007. Filsafat
Administrasi Pendidikan(Serahan Perkuliahan ). Bandung : UPI
Ismaun.2007. Kapita
Selekta Filsafat Administrasi Pendidikan (Serahan Perkuliahan). Bandung :
UPI
http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah-oleh-mardiya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar